Melalui Gerak Kita Dapat Mengambil Makna Hidup: Evi Guru PJOK

Siang ini aku coba menelepon Bu Evi secara spontan buat ngobrolin agenda mengisi kolom di website. Setelah beberapa hari sebelumnya belum ketemu waktu yang pas, nggak disangka hari ini dia bertandang ke rumah Mas Andik, penyedia depo air isi ulang di Sukorambi.

Ya sudah ini saat yang tepat, aku pastikan waktunya cukup untuk mengobrol sesi ini dan dia pastikan juga waktunya maksimal harus pulang setelah magrib – ke Rambipuji. Menutup telpon, seraya memintaku untuk segera merapat. Dan tentu saja, aku sengaja membawa kopi dari rumah untuk di rasakan bersama biar lebih nikmat.


Sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), Bu Evi menjelaskan bahwa statusnya berbeda dengan ASN.

“Kalau ASN lebih aman karena sulit dipecat, paling mentok hanya dimutasi. Sedangkan P3K lebih berbasis kontrak, ada kemungkinan diberhentikan kalau ada suatu keteledoran tertentu di sekolah tempat mengajar. Pengaruhnya pun terasa hingga ke tunjangan dan pensiun, yang katanya bisa lebih kecil atau bahkan tidak ada.”

Namun menurutnya, itu semua masih bisa berubah tergantung kebijakan pemerintah ke depannya.

Ketika ditanya tentang perbedaannya dengan tenaga honorer atau sukwan, ia merasa sama saja, hanya soal gaji yang lebih kecil. Baginya, ilmu PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan) yang ia ajarkan jauh lebih berharga dari sekadar gaji.

“Ada nilai-nilai luhur dalam olahraga yang bisa dikaitkan dengan nilai kehidupan dan dapat memaknai diri. Misalnya, kebugaran jasmani bukan sekadar olahraga, tapi juga cara mensyukuri hidup.”

“Hidup itu butuh gerak!” serunya.

“Karena olahraga erat kaitannya dengan kehidupan, untuk hidup kita harus bergerak. Maka aku lakukan pendekatan ini ke murid-murid. Menurutku olahraga lebih komplit, esensinya adalah suatu pelajaran yang tak ternilai karena mencakup aspek kehidupan, yang dihantarkan melalui gerakan.”

Dalam pendekatan mengajarnya, Bu Evi lebih fokus pada penilaian yang tidak ada dalam pelajaran lain yaitu kebugaran murid.

“Bukan seperti atlet yang mengejar prestasi, tapi bagaimana setiap murid bisa menikmati dan memahami pentingnya bergerak. Jalan, lari, pemanasan—semuanya harus dilakukan dengan rasa senang. Memaknai setiap gerakan agar menjadikan itu semua wujud syukur.”

Ia selalu mengingatkan murid-muridnya, “Kita masih muda, masih sehat, yuk jaga kebugaran!. Pesan ini harus tetap di kenang oleh mereka.”

“Seperti halnya aku ingat ada pertanyaan dari pak Onie, “Apa beda profesi guru dan bukan profesi guru ?” Profesi guru seumur hidup itu akan melekat, seperti halnya tidak ada mantan guru atau mantan murid. Guru menurutku adalah eksistensi, perwujudan pintu pembuka amalan – dalam Islam ada 3 hal amalan yang pahalanya tidak terputus yaitu: doa anak soleh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah. Guru memberikan paket komplit pintu pembuka amalan itu. Ketika saya mengajar olahraga, kadang saya sisipkan materi ketauhidan, dan bekal ini dapat dipakai oleh anak-anak.”

“Dalam permainan sepak bola misalnya, kiper punya tugas menjaga gawang. Dalam kehidupan, kita juga harus menjaga hal-hal berharga dalam hidup kita.”

Itulah cara Bu Evi menyisipkan nilai-nilai kehidupan dalam setiap pelajaran yang ia ajarkan.

Tentang olahraga alternatif seperti teknik pernapasan atau gerakan kunci tertentu, Bu Evi menilai bahwa itu tetap relevan.

“Misalnya, dalam Orhiba, ada gerakan yang membantu menghilangkan ion negatif dan menyerap ion positif seperti yang diungkapkan mas Andik. Pada dasarnya, semua itu kembali kepada gerakan tubuh dan bagaimana kita melatihnya agar tetap sehat.”

Ia juga menjelaskan tentang istilah VO2 MAX, yang menurutku ini istilah baru; yaitu kapasitas maksimal tubuh dalam menyimpan oksigen di paru-paru. Semakin tinggi VO2 MAX seseorang, semakin baik pula kerja jantung, paru-paru, dan ototnya. Intinya, tubuh lebih efisien dalam mentransfer energi ke sel darah, sehingga semakin bugar.

“Dalam kebugaran jasmani sendiri, ada 12 komponen yang harus dijaga, mulai dari: Kekuatan (strength), Daya tahan (endurance), Daya otot (muscular power), Kecepatan (speed), Kelenturan (flexibility), Kelincahan (agility), Koordinasi (coordination), Keseimbangan (balance), Ketepatan (accuracy), Reaksi (reaction), Daya ledak, Stamina.

Namun, menurutnya ada dua yang wajib dijaga setiap hari: kekuatan yang berkaitan dengan daya otot dan kelenturan yang penting untuk fleksibilitas tubuh. Bahkan saat duduk pun, kita butuh kekuatan dan kelenturan otot agar dapat duduk dengan nyaman, bukan soal dimana atau duduk di kursi apa.

“Di setiap akhir sesi pembelajaran, aku selalu mengajak murid-muridku untuk refleksi. “Apa yang kamu dapat hari ini? Apa yang kamu rasakan? Apa makna gerakan tadi buat kehidupan sehari-hari?”

“Kadang aku mengambil contoh dari permainan yang mereka lakukan. Jika seorang murid berperan sebagai kiper, aku akan mengajaknya berpikir, “Dalam kehidupan, apa yang harus kita jaga seperti kiper menjaga gawang?” Dengan cara ini, olahraga menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik, terlebih juga pembelajaran hidup”

Bu Evi menambahkan, “Aspek terpenting dalam PJOK di lingkup pendidikan, yaitu menciptakan kesehatan yang mencakup empat aspek utama: Sehat jasmani, Spiritual, Mental, dan Sosial-ekonomi.”

“Contoh saja seorang atlet, dia sudah dapat paket pelatihan lengkap untuk persiapan pertandingan, namun tim kurang memperhatikan bagaimana tunjangan buat keluarga. Hal ini pasti berpengaruh secara Sosial-ekonomi. Kurang optimal dia dalam bertanding”

“Dalam bidang keilmuan saya, kesehatan jasmani dapat diukur dengan berbagai alat dan indikator. Beberapa metode yang digunakan antara lain Interval Training Test, Harvard Step Test, dan Illinois Agility Test. Tes-tes tersebut dapat dilakukan secara mandiri, misalnya dengan menggunakan metode naik turun tangga untuk mengukur daya tahan fisik, yang hasilnya kemudian diklasifikasikan sesuai standar.”

“Secara keseluruhan, untuk mencapai kondisi manusia yang sehat, keempat aspek tersebut harus diperhatikan secara proporsional dan sebagai satu kesatuan yang utuh.”


Mengawal tim Open Tournament 2024

Tentu saja, tidak semua murid antusias berolahraga. Ada juga yang malas gerak alias mager. Untuk mereka, Bu Evi punya trik tersendiri. Ia mengajak mereka dengan pendekatan santai.

“Yuk, taruh dulu hapenya, kita jalan sebentar,” atau “Ayo tarik napas, ambil minum dulu.” Tujuannya adalah memberikan jeda dari aktivitas yang membuat mereka mager, lalu perlahan mengajak mereka untuk bergerak. Jika dilakukan secara rutin, mereka akan menyadari bahwa gerak itu menyegarkan badan dan membuat pikiran lebih ringan.”

“Bagiku, selama sesuatu membuatku bergerak, aku akan melakukannya. Misalnya, saat ini aku mengambil cukup banyak jam pelajaran. Bagi guru lain, mungkin mereka hanya mengambil seperlunya karena tidak berpengaruh pada pendapatan. Namun, selama aku masih memiliki kesempatan dan waktu yang cukup, aku akan mengambilnya.”

“Aku selalu mengingat murid-muridku. Setiap kali sebelum mengajar, aku mendoakan mereka agar tetap berada di jalan yang lurus, dijauhkan dari kenakalan seperti narkoba, ugal-ugalan, atau perilaku negatif lainnya.”

“Bila mereka terlihat punya masalah, metode curhat juga menjadi pemicu bagi murid untuk mengekspresikan diri, yang sangat berkaitan dengan kesehatan mental mereka. Poin ini aku beri nilai lebih jika murid mampu mengekspresikan di muka kelas.”

Sebelum mengakhiri obrolan, Bu Evi menekankan satu hal penting.

“Olahraga itu bukan untuk orang sakit, tapi justru untuk menjaga kesehatan. Aku punya jargon yang membuat olahraga menyenangkan, Play, Learn, Shine. Pada setiap gerakan kita dapat bermain, namun juga mendapatkan pelajaran dari setiap kemajuan yang didapat. Seterusnya kita lakukan rutin sebagai wujud sukur membuat hidup lebih bersinar”

“Tidak perlu olahraga berat, yang penting rutin. Dengan bergerak, kita juga menciptakan suasana hati yang lebih baik, melepaskan kepenatan, dan meningkatkan kualitas hidup.”

Menarik, tulisan di whiterboard sudah tertulis sebelum aku datang dan ini relate dengan pembicaraan kami: Gerakan menjadi penghubung dalam aspek kehidupan.

“Jadi, yuk gerak! Jangan mager terus!” serunya sambil tertawa.

Kopi di gelas kami hampir habis, sementara Bu Evi menikmati betul obrolan ini di sela hujan deras yang suaranya kadang menutupi perbincangan kami.

Perbincangan ini pun berakhir dengan senyum dan semangat yang ia tularkan. Energinya yang positif benar-benar terasa, bahkan selang beberapa hari sesudahnya.

AA –


Lokasi perbincangan: Depo Air SW – Jl. Mujahir, Krajan, Sukorambi

-1

Leave a comment