Malam ini, 6 Januari, naik motor membawaku ke Desa Glundengan, Kecamatan Panti, semakin dingin ke pelosok menuju lokasi. Aku langsung disambut menjawab sapaanku. Seperti biasa dia langsung tanggap untuk kesekian kalinya, dan langsung berpesan kepada anaknya “Kopi tanpa gula ya, buat mas Aan”. Ruangan ini cukup luas dan terang dengan beralas tikar vinil, aku menyesuaikan posisi dudukku, sedikit bersandar dan berbincang dengan Onie Suryanto. Seorang penggiat aeromodelling pesawat tenaga karet, sekaligus penulis-pemikir tentang kesadaran spiritual. Pembicaraan kami berkembang luas, mulai dari dunia aeromodelling hingga filosofi hidup yang mendalam. Berikut hasil diskusi kami.
Awal Ketertarikan pada Aeromodelling
Ketika aku bertanya apa yang membuatnya tertarik pada dunia aeromodelling, khususnya pesawat tenaga karet, Onie menjawab bahwa semuanya bermula dari pengalamannya sebagai guru seni budaya dan prakarya pada 2009–2013.
“Pada tahun 2013, saya prihatin dengan murid-murid yang kesulitan menerbangkan pesawat tenaga karet. Dari situ saya mulai berpikir, bagaimana mengubah keilmuan ini menjadi lebih mudah. Misalnya, mereka dapat memulai dari bahan apa saja, jangan terjebak pada bahan khusus. Gunakan bahan sederhana seperti kertas atau karton bekas,” jelasnya.
Motivasi Onie tidak berhenti di situ. Ia juga ingin kegiatan ini menjadi ruang eksperimental bagi siapa pun yang tertarik. “Supaya mudah dilakukan, aeromodelling harus menjadi ruang kolaborasi dan diskusi. Dengan begitu, cabang ini bisa berkembang lebih luas,” katanya.
Kontribusi Aeromodelling untuk Anak-Anak
Menurutmu, bagaimana kegiatan aeromodelling dapat berkontribusi pada pengembangan kreativitas dan keterampilan anak-anak?
“Kalau kita bicara kontribusi, bisa dimulai dari visualisasi besar. Bayangkan seni pertunjukan pesawat tenaga karet di stadion, dengan tema instalasi dan atraksi interaktif. Dari situ, anak-anak bisa menangkap bahwa mereka punya potensi besar. Bahkan orang tua mereka pun kadang tidak melihat hal itu,” ungkap Onie.

Ia melanjutkan, “Dalam seni budaya, ada istilah bahwa karya seni itu sarana ritual untuk mencapai tujuan tertentu. Pesawat ini simbol kendaraan cepat, suatu manifestasi perwujudan apa saja yang mereka impikan – entah menjadi pilot, mekanik, desainer, atau bahkan penulis. Jadi, kegiatan ini tidak hanya teknis, tetapi juga menyentuh aspek spiritual mereka.”
Pembicaraan mulai terfokus, sementara dua cup kopi tersaji di depanku, masih panas. Seruputan pertama menjadi pembuka diskusi ini.
Lebih jauh, Onie menjelaskan bahwa ilmu tentang pesawat terbang pun bisa dihubungkan dengan filosofi hidup – mengenal jati diri. Misalnya, prinsip keseimbangan atau centre of gravity pada pesawat yang harus dijaga agar pesawat bisa terbang stabil.
“Menariknya mas Aan, ada dua model yang saya amati, ini sama seperti hidup. Kalau tidak seimbang, orang akan mudah terombang-ambing. Kita bisa belajar dari pesawat: pertama bagaimana beban diatasi dengan memperluas kapasitas, dan kedua, hambatan diatasi dengan menambah power. Semua ini bisa diterapkan dalam kehidupan,” ujarnya.
Elemen Kehidupan dalam Aeromodelling
Onie menjelaskan bahwa aeromodelling juga mencerminkan empat elemen dasar kehidupan: bumi, air, api, dan udara.
1. Bumi: Representasi keseimbangan, seperti pada teori the centre of gravity (cg)
2. Air: Prinsip dorongan ke bawah (down thrust), yang menggambarkan kesabaran menghadapi tekanan.
3. Api: Melambangkan daya angkat (lift), simbol semangat dan tekad menghadapi sesuatu.
4. Udara: Menggambarkan hambatan gesek (drag), tantangan hidup yang harus diatasi dengan energi besar.
“Menariknya, kalau di pesawat hambatan itu diatasi dengan menambah power, maka di hidup hambatan seseorang seperti rasa malas atau terlalu ambisius bisa diatasi dengan bagaimana mengatur emosi yang melatarbelakangi. Itulah riset yang sedang saya kembangkan,” jelas Onie.
“Di pesawat terbang mereka berbicara empat penjuru arah mata angin, kalo di jati diri bahasa itu menjadi emosi – energi yang bergerak (e-motion). Hal ini berhubungan dengan filosofi sedulur papat limo pancer, akan kita bahas dilain kesempatan ya, ini perlu kajian khusus” sambil ketawa kecil, beliau menambahkan.
Laku Hidup dan Keyakinan
Ketika pembicaraan beralih ke filosofi hidup, Onie menjelaskan bahwa setiap orang akan bergerak berdasarkan model keyakinannya.
“Kalau orang yakin uang didapat dari bekerja, mereka akan bekerja. Kalau yakin dari bisnis, mereka akan berbisnis. Jadi, tidak masalah punya keyakinan yang berbeda, karena esensinya adalah bagaimana keyakinan itu mengarahkan perilaku seseorang. Dunia ini tidak menganut keseragaman, tapi keanekaragaman,” katanya.
Onie mengibaratkan keyakinan seperti ekosistem dalam biologi. “Alam semesta menghendaki keanekaragaman. Semua makhluk saling bergantung. Pada akhirnya, ini yang saya sebut pertemuan diri dengan Tuhan – sistem kebenaran yang hakiki.” Menyoal keyakinan Onie menambahkan. “Nah menurutku inilah pesan dibalik tafsir surat Yassin – 55”
"Sesungguhnya pada waktu itu mereka akan bersenang senang dalam sorga dengan kesibukannya, mereka mendapat buah-buahan dan mendapat apa saja yang mereka minta."
Ulasannya mulai mendalam, sejenak aku terpaut, “Inikah pintu masuk menuju ranah kesadaran spiritual?” komentarku.
“Ya, di dunia ini keyakinan itu ternyata banyak berkali lipat jumlahnya melebih jumlah populasi. Tinggal bagaimana mereka menemukan model keyakinan untuk dijadikan model hidupnya. Jadi gak masalah orang punya banyak keyakinan, esensinya adalah hal apa yang akan menjurus ke sesuatu atau mereka menentukan model perilaku yang mana dalam kehidupan. Sebab pandanganku, dunia ini bukan menganut keseragaman tapi keanekaragaman.” Begitulah pandangannya menyoroti.
Kesadaran Spiritual dan Super Technology Energy (STE)
Tema kesadaran spiritual juga menjadi bagian penting dari diskusi kami. Onie menjelaskan bahwa kesadaran ini mulai muncul ketika ia menjadi guru dan semakin terang ketika ia mendalami aeromodelling.
Dalam penjelasan singkatnya kemudian aku terbantu dengan artikel tulisannya di Facebook tentang “Wasiat dari Langit“. (silakan klik pada tautan)
“Anda membahas pentingnya menyatukan ritual dan kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Apakah artikel ini adalah versi panjang dari interview ini? Tukas ku.
“Ya benar, dan didalam artikel itu pada penjelasannya saya menekankan spesifik pentingnya bagi seseorang untuk mengoperasikan apa yang di sebut Super Technology Energy (STE), sesuatu yang sudah tertanam dalam diri manusia – pintasan buat seseorang buat mengenali dan mencapai tujuan apapun. Ini adalah istilah yang saya gunakan untuk menyebut percikan ilahi dalam diri manusia. Dalam psikologi disebut alam bawah sadar, dalam fisika disebut atom. Semua menjelaskan sesuatu unsur tak nampak tapi esensinya nyata,” jelasnya.
STE adalah istilah baru buatku, bisa dijelaskan lebih detail?
“Setiap manusia sebenarnya sudah mengakses STE, tapi sering tidak menyadarinya karena dianggap biasa ya kemudian berlalu begitu saja. Pendekatannya agar ini menjadi terstruktur adalah dimulai salasatu dari 5 panca indera. Sebab Indera mewakili wujud dari suatu yang nyata. Padahal, jika dikenali lebih dalam, itu bisa menjadi jalan yang memaknai untuk mencapai tujuan hidup,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa kesadaran spiritual bukan sesuatu yang jauh atau sulit dicapai. “Kita hidup sekarang, dan itu sudah dekat dengan kesadaran spiritual. Masalahnya hanya pada ketidakpahaman atau kesimpangsiuran istilah. Padahal, saat kita berbicara ini saja, kita sedang berada di puncak kesadaran,” katanya sambil tersenyum.

Inspirasi dari Sebuah Desa Sunyi
Malam itu, perbincangan kami diakhiri dengan secangkir kopi dan lintingan tembakau. Onie Suryanto, dengan pelan dan teratur, menyampaikan hal-hal besar: bagaimana aeromodelling menjadi sarana kreatif sekaligus refleksi kehidupan, bagaimana spiritualitas adalah bagian dari keseharian kita, dan bagaimana manusia bisa menemukan keseimbangan dalam hidupnya.

Bagi Onie, hidup adalah perjalanan untuk terus belajar dan mencipta, sembari mencari makna di setiap langkah. Pembicaraan ini tidak berhenti di sini. Aku sudah sepakat untuk kembali berbincang dengannya di lain waktu, melanjutkan diskusi yang penuh inspirasi.
(Bersambung ke Part 2…)


Lokasi rumah dan bengkel kreasi: