Berikut adalah perbincangan dengan temanku Izzul, di suatu malam dia bertamu ke rumah, menemui undanganku untuk ngopi dan sebat cerutu. Kamis, 2 Januari 2025
Di sebuah dusun bernama Karanganyar, Kecamatan Tempurejo, Jember, tinggal seorang pria bernama Izzul. Pria kelahiran Jenggawah 1986 ini memutuskan untuk menetap di tempat ini bersama istri dan anak-anak tercintanya. Bagi Izzul, desa adalah rumah yang memberikan kenyamanan tak tergantikan, meski banyak orang berlomba-lomba mencari kehidupan di kota.
“Aku pernah merasakan kos sementara di kota, tapi rasanya jauh lebih nyaman di desa. Udara segar, suasana tenang, dan kehidupan sederhana sudah lebih dari cukup,” ujar Izzul. Pilihan hidupnya bukan tanpa alasan, ia percaya bahwa kebahagiaan tidak harus diraih dengan barang mewah, seperti punya mobil misalnya atau hiruk pikuk hiburan kota.
Namun, Izzul bukan hanya sekadar “tinggal” di desa. Ia juga berkarya, mengabdikan diri, dan membawa kebahagiaan bagi anak-anak dan masyarakat di sekitarnya dengan peran gandanya: sebagai guru honorer dan Badut Galaxy.
Menghibur dengan Tawa: Cerita di Balik Profesi Badut Galaxy
Profesi Badut Galaxy yang dijalani Izzul dimulai pada tahun 2019, ketika seorang teman mengajaknya tampil di beberapa kota seperti Surabaya, Sanur, Kerobokan-Badung, dan Singaraja. Pengalaman tersebut membuka hatinya pada kebahagiaan sederhana: membuat anak-anak tertawa. “Senang sekali melihat mereka ketawa lepas, apalagi kalau aku bisa benar-benar menghibur,” katanya dengan mata berbinar.
Meski kini ia lebih sering tampil di sekitar desanya, Izzul menikmati setiap momen yang ia habiskan sebagai badut. Job sebagai entertainer badut sifatnya musiman, paling sering orang punya hajatan ketika musim di bulan suro, ramadan, dan perayaan lebaran.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika seorang anak yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri, Hongkong – mengatakan kepadanya, “Aku ingin mama pulang, aku lebih senang mama tinggal dekat di sini.” Saat itu, Izzul sadar bahwa perannya tidak hanya sebagai penghibur, tetapi juga sebagai pembawa pesan kebahagiaan dan harapan. Disaat teman lainnya berkumpul dan diantar bersama orang tuanya, anak ini diantar kerabatnya. Selang beberapa waktu dari acara itu, Izzul mendapat kabar bahwa sang mama menuruti ratapan anak perempuannya memutuskan untuk berhenti dari kontrak kerjanya dan memutuskan pulang ke kampung halaman.
Namun, profesi ini tidak selalu dipandang positif oleh semua orang.
“Ada saja yang menyepelekan profesi badut, karena dianggap musiman dan hanya menunggu panggilan,” katanya.
Tetapi, bagi Izzul, profesi ini adalah panggilan hati, sesuatu yang membuatnya merasa hidup.
Pengabdian Sebagai Guru Desa
Selain menjadi Badut Galaxy, Izzul telah mengabdikan dirinya sebagai guru honorer sejak tahun 2008. Ia mengajar Bahasa Inggris dasar di SD Seruni 1 dan MA Mambaul Ulum, dua sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Peran ini pun dijalani dengan sepenuh hati, meskipun tantangannya tidak sedikit.
“Tantangan terbesar adalah murid-murid yang cenderung menggampangkan pelajaran. Banyak dari mereka hanya sekolah karena ingin terlihat rapi berseragam, bukan karena benar-benar ingin belajar,” kata Izzul dengan nada prihatin.
Meski demikian, ia selalu berusaha membuat kelasnya menarik. Pengalamannya sebagai badut membantunya mencairkan suasana di kelas. Dengan gerakan lucu dan lelucon khas badut, ia berhasil membuat murid-murid betah belajar Bahasa Inggris.
Namun, soal penghasilan sebagai guru honorer, Izzul tidak berharap banyak. Ia pernah dibayar hanya Rp50.000 sebulan, meski di bulan-bulan tertentu, penghasilannya bisa mencapai Rp300.000, itupun berkat dari lemburnya beberapa hari.
“Aku lebih fokus pada bagaimana aku bisa memberikan manfaat kepada anak-anak di desa ini,” ungkapnya.
Mimpi Besar untuk Desa
Izzul tidak hanya menjalani kehidupan, tetapi juga memikirkan masa depan desanya. Salah satu mimpi besarnya adalah membangun sekolah alam, tempat di mana siswa bisa belajar dengan lebih dekat ke alam.
“Aku ingin mereka mengenal dan menghargai alam, karena dari alam kita hidup,” katanya penuh semangat.
Ia juga berharap anak-anak di desanya dapat lebih memprioritaskan interaksi nyata dibandingkan menghabiskan waktu dengan gadget. Menurutnya, teknologi memang penting, tetapi jangan sampai merenggut masa kecil anak-anak.
Jika diberi kesempatan berbicara di hadapan dunia, Izzul ingin menyampaikan satu pesan sederhana: “Biarlah desa tetap menjadi desa. Jangan disamakan dengan kota, karena desa adalah jantung kehidupan.”
Pesan untuk Mereka yang Ingin Berkarya di Desa

Bagi mereka yang ragu untuk memulai berkarya di desa, Izzul punya pesan yang menenangkan.
“Coba saja dulu. Kekhawatiran soal kekurangan mungkin tidak akan terjadi, dan lambat laun, kalian akan terbiasa.”
Izzul adalah contoh nyata bahwa berkarya di desa tidak hanya memungkinkan, tetapi juga memberikan kebahagiaan yang autentik. Dari perannya sebagai Badut Galaxy hingga guru honorer, ia membuktikan bahwa kontribusi kecil sekalipun bisa memberikan dampak besar.
Desa, bagi Izzul, adalah tempat di mana kebahagiaan sederhana bertemu dengan pengabdian yang tulus. Sebuah pilihan hidup yang mungkin tidak mudah dipahami semua orang, tetapi penuh makna bagi mereka yang menjalaninya.
- Izzul bisa dihubungi via WhatsApp
Lokasi rumah di Google Map:





Saya Sedih sekali membaca cerita ini, emang benar i nspiratif sih, kerren, dan luar biasa…yg terd’best ya jelas yg menulis kisah ini, sudah mewakili suara hati seorang BADUT GALAXY & Realita Guru Honorer di Desa… Semoga Slalu menginspirasi kaka, lanjut menjadi JEMBATAN bagi Kisah Di desa dan Whatsapp beliau sudah saya Hubbungin